LebahPejantan. Nats : Ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna ( 2 Tesalonika 3:11) Bacaan : 1 Timotius 5:8-16. Saat duduk memandangi sarang lebah, saya tertarik pada aktivitas sejumlah besar lebah yang tampak sangat sibuk.

Ayat Bacaan Injil Markus pasal 10 ayat 45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Kerangka Khotbah Dunia mengukur kebesaran dari segi kuasa, harta, martabat dan kedudukan. Memang memiliki kekuasaan itu tidak dosa, mempunyai harta itu baik, memiliki martabat juga hal itu tidak salah dan mendapat kedudukan tidak masalah. Namun, ketika semua itu dijadikan tolak ukur sebuah kebesaran, hal itulah menjadi masalah. Tetapi Yesus mengukur kebesaran dari segi pelayanan. Allah menentukan kebesaran kita berdasarkan banyaknya orang yang kita layani, bukan berdasarkan banyaknya orang yang melayani kita. Bagi Yesus, memiliki hati seorang pelayan jauh lebih penting. Tanpa hati seorang pelayan, kita akan tergoda untuk menyalahgunakan pelayanan bagi kepentingan dan tujuan pribadi. Apa Dasar Teologis Bagi Seorang Pelayan Sejati? “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” Markus pasal 10 ayat 45. Landasan teologis bagi seorang pelayan sejati ialah Yesus Kristus yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Melayani dan pengorbanan merupakan karakter yang harus ada dalam diri seorang pelayan sejati. Teladan kita ialah Yesus yang harus kita ikuti. Apa Saja Ciri Karakter Seorang Pelayan Sejati? MEMBERI Diri Untuk Melayani “…Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” Markus pasal 10 ayat 43 bagian b. “Jika kita hanya melayani ketika pelayanan itu menyenangkan bagi kita, maka kita bukanlah seorang pelayan sejati”. “Pelayan sejati melakukan apa yang diperlukan, bahkan ketika pelayanan itu terasa menyakitkan”. “Pelayan sejati menerima pelayanan sebagai penugasan ilahi dan senang, bersukacita dan bersyukur atas kesempatan melayani”. MEMBERI Perhatian Terhadap Pelayanan “Krn itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kpd semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” Galatia pasal 6 ayat 10. Pelayan sejati ketika melihat ada kebutuhan dalam pelayanan selalu siap untuk menolong. Bila Allah menempatkan seseorang yang membutuhkan pertolongan di jalan hidup kita, Dia sedang memberi kita kesempatan untuk bertumbuh di dalam pelayanan. John Wesley mengatakan “Kerjakan semua hal baik yang Anda bisa, dengan semua sarana yang Anda bisa, dengan semua cara yang Anda bisa, di semua tempat yang Anda bisa, pada semua waktu yang Anda bisa, kepada semua orang yang Anda bisa, sepanjang Anda bisa”. William Carey mengatakan “Mengharapkan perkara-perkara yang besar dari Allah. Mengusahakan perkara-perkara yang besar bagi Allah”. “Tuhan Yesus berharap agar kita melakukan apa yang kita bisa, dengan apa yang kita miliki dan dimanapun kita berada”. “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” Matius pasal 10 ayat 42. MEMBERI Diri Tetap Setia & Rendah Hati “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” Matius pasal 25 ayat 23 “Kesetiaan selalu menjadi sifat yang langkah dari hidup banyak orang”. Karakter itupun mulai tergerus dari kehidupan para pelayan di gereja. Karakter pelayan sejati tetap setia melayani selama mereka hidup. Allah sudah berjanji untuk memberi upah kepada pelayan yang setia kini dan dalam kekekalan. Pelayan sejati tidak melayani untuk mendapat penghargaan dari orang lain. Mereka hidup untuk dipandang dan dihargai Allah. Jangan kecil hati bila pelayanan Anda tidak dihargai, tidak dianggap dan tidak diperhitungkan. Tetaplah melayani Allah. “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” – 1 Korintus 1558. Melayani Tuhan membutuhkan karakter yang Alkitabiah. Yesus Kristus adalah teladan utama kita dalam melayani. Yang dituntut dari kita ialah pertama, memberi diri untuk melayani Tuhan dengan melayani sesama; kedua, memberi perhatian terhadap pelayanan yang membutuhkan partisipasi kita; ketiga, memberi diri untuk tetap setia dan rendah hati dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita.

Seberatapapun kesusahannya dalam pelayanannya, namun Tuhan adalah adil yang akan memberikan penghukuman bagi mereka yang menolak Firman Tuhan. Yeremia percaya bahwa Allah melihat isi hati manusia. Tuhan yang akan membalaskan segala perbuatan orang-orang yang menolak Firman Tuhan dan utusanNya. SETIA SAMPAI AKHIRWahyu 28-11Wahyu 2-3 merupakan pesan-pesan pastoral dari Tuhan Yesus untuk tujuh jemaat yang ada di Asia Kecil. Salah satu pesan tersebut ditujukan kepada jemaat di Smirna, yang pada waktu itu mengalami aniaya karena iman mereka. Tuhan Yesus memberikan pesan ini untuk menghibur dan menguatkan mereka, tapi juga mendorong mereka untuk tetap setia mengikut Yesus ay. 10.Sebelum jemaat di Smirna menerima pesan ini, mereka sudah setia kepada Yesus walau pun mereka harus menghadapi penganiayaan. Melalui surat ini, Tuhan ingin agar mereka melanjutkan kesetiaan mereka, sampai akhir hidup mereka. Tentu saja ini bukanlah perkara yang gampang untuk “setia” memiliki dua pengertian, yakni pertama, mereka tetap mengikut Yesus, tidak berubah dan taat pada firman Tuhan. Kedua, mereka dapat dipercayai. Maksudnya, selama menghadapi penganiayaan, mereka didapati Tuhan sebagai orang-orang yang dapat dipercayai dalam hal komitmen, kesungguhan, pengabdian, dsb., dan Allah menghendaki agar mereka terus-menerus dapat orang yang dapat dipercayai hingga akhir hayat. Dua pengertian ini saling melengkapi, yaitu Tuhan Yesus menghendaki agar mereka menjadi orang-orang yang dapat dipercayai di dalam seluruh aspek hidup mereka, termasuk di dalam kesetiaan kita kepada pun meminta hal yang sama terhadap diri kita. Ia menghendaki agar kita tetap setia kepada Yesus walau pun kita menghadapi berbagai macam masalah. Masalah bisa membuat iman kita goncang. Bahkan, kita pun menjumpai bahwa ada orang-orang yang meninggalkan Tuhan karena berbagai masalah yang mereka hadapi. Tuhan menghendaki agar kita tetap setia mengikut Tuhan, walaupun kita harus menghadapi berbagai Kita Harus Setia Sampai Akhir?1. Karena Tuhan Yesus adalah Allah yang satu nama yang Yesus perkenalkan untuk diri-Nya “Yang Awal dan Yang Akhir” ay. 8. Nama ini mengandung makna kekekalan Yesus Kristus, bahwa Ia ada sebelum segala sesuatu ada, dan Ia tetap ada walau pun segala sesuatu berakhir. Pengertian lainnya adalah Ia yang telah mengawali segala sesuatu, dan Ia pula yang mengakhiri segala sesuatu. Dengan kata lain, kita diminta oleh Tuhan Yesus untuk setia pada diri-Nya yang adalah Allah itu kita melihat lagi perintah Allah di dalam Alkitab, maka kita menemukan bahwa Allah menghendaki agar semua umat-Nya memiliki komitmen hanya kepada Allah. Namun, kejatuhan manusia ke dalam dosa telah berkomitmen untuk setia kepada Allah karena Dialah yang menguasai hidup kita. Dialah yang mengatur hidup kita. Karena itu, hidup kita bergantung penuh pada Karena Tuhan Yesus adalah Penyelamat lain yang Yesus perkenalkan adalah “Yang Telah Mati dan Hidup Kembali” ay. 8. Nama ini membawa kita pada kisah kayu salib. Pengorbanan Yesus di kayu salib membuktikan kasih dan kesetiaan Allah bagi kita, sehingga Ia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita. Jika Allah telah setia kepada kita, bahkan apakah kita tidak mau setia kepada-Nya?Dengan kata lain, setia bukanlah sesuatu yang menjadi pilihan, tapi panggilan kita. Setia bukanlah sesuatu yang dilakukan atau tidak boleh dilakukan, jalan yang memang harus kita yang Tuhan Yesus Lakukan ketika kita setia kepada-Nya?Perhatikan ayat 9, “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu — namun engkau kaya — dan fitnah mereka....” Melalui ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia tahu semua pergumulan dan penderitaan yang kita alami. Ini menjadi penghiburan bagi kita bahwa Allah mengerti dan mengetahui pergumulan yang kita hadapi. Pernyataan ini pun bukanlah basa basi, karena Ia sendiri pernah mengalami penderitaan yang amat sangat lih. ay. 8. Ia pernah mengalami beban yang sangat berat. Ia pernah ditinggalkan. Ia pernah merasakan beratnya beban yang harus dipikul. Karena itu, Ia mengerti dengan jelas beban dan perasaan kita tentang pergumulan yang kita Tuhan Yesus tahu, Ia pun hadir di dalam segala pergumulan kita. Pernyataan Yesus “yang awal dan yang akhir” menyatakan bahwa Ia hadir sejak awal pergumulan kita dan Ia akan tetap menyertai kita ketika pergumulan itu berakhir. Itu berarti, Yesus bukan hanya tahu, tapi Ia pun hadir di setiap pergumulan yang kita INFORMASI PENTING TETAPSETIA DAN SEMANGAT MELAYANI TUHAN SEBAB ADA SUKACITA YANG TELAH TUHAN SEDIAKAN RHEMA HARI INI 2 Tawarikh 15:7 Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!" Kisah Zakharia dan Elisabet adalah teladan yang sangat baik bagi kita, khususnya para pelayan Tuhan.
Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun , asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Kisah Para Rasul 2024. Pendahuluan Kesetiaan adalah karakter Allah yang berlimpah-limpah kasih dan adalah setia dan memegang adalah Allah yang setia dan tidak ada kecurangan. Kesetiaan akan nampak dengan nyata pada waktu menghadapi ujian, sebab tendesi manusia adalah setia jika keadaan baik dan enak serta menyenangkan. Ketika badai kesulitan dan tantangan datang maka jangkar kesetiaan itu akan diuji. Setia kepada seseorang jika orang tersebut memberikan keuntungan yang dicarinya, jika tidak maka kesetiaan itu pudar setia kepada kepada hal-hala kecil lebih sulit dari pada setia kepada hal-hal yang besar. Kesetiaan bukan berarti ketaatan yang pasif, tetapi dari hal yang kecil dalam kesetiaan dapat mengembangkannya menjadi sesuatu yang lebih besar demi kemuliaan Tuannya Matius 2514-30. Itulah gambaran kesetiaan manusia. Kesetiaan yang di maksud dalam teks ini ialah kesetiaan di dalam melakukan firman Tuhan dan Kesetiaan terhadap Allah pencipta serta pemilik alam semesta. Di mana dalam mempertanggungjawabkan segala pekerjaan itu adalah kepada Allah. Jadi kesetiaan hamba harus siap untuk mengorbankan banyak hal, tidak memanjakan diri, tetapi melatih diri untuk tetap teguh, kuat untuk mencapai garis akhir dengan mengatakan Menjadi seorang pengikut Yesus berarti menjadi murid Yesus. Seorang murid adalah seorang yang menjadi mirip dengan orang yang diikutinya, seseorang yang mencontoh gurunya dalam segala halnya juga seorang hamba dalam mengikuti tuannya dalam banyak hal. Dalam hal ini pribadi yang perlu di tiru adalah Tuhan Yesus sendiri,dimana Ia menjadikan DiriNya Hamba, dan taat sampai mati itulah bukti kesetiaan kepada seorang pelayan haruslah melakukan seperti yang Tuhan Allah tidak menginginkan pengakuan dibibir tetapi nyata dalam pola kehidupan setiap hari. Bagaimana mungkin seorang pelayan menyebut dirinya setia, tetapi yang terlihat dari pola hidup setiap hari tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah. Seorang tabib diperlukan oleh orang yang sakit, begitu halnya Veerman mengatakan bahwa“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi orang banyak Markus 1045, melayani dan memberikan memang radikal sifatnya, dan kita pun dipanggil untuk melakukan hal ini” Demikianlah Tuhan menunjukkan kesetiaanNya lewat pengorbananNya di atas kayu salib. Berikut ini eksegese beberapa kata penting yang dapat memberikan pemahaman yang dalam bagi orang percaya terlebih-lebih bagi pengurus gereja sebagai pelayan Tuhan tentang makna ungkapan “Kesetiaan Melayani Sampai Akhir” yang terdapat dalam Kisah Para rasul adalah sebagai berikut Rasul Paulus” Tidak Menghiraukan Nyawanya” Dalam bahasa Yunani kata “nyawaku” adalah υήν dari kata dasar υή psukhȇ bentuk kata noun feminine singular accusative, kata benda tunggal bersifat objek langsung, yang berarti jiwa, nyawa, hidup, hati, orang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nyawa diartikan pemberi hidup kepada wadah organisme fisik yang menyebabkan hidup pada manusia, keadaan yang sulit, dan berbahaya. Dalam King James Version memakai kata “neither count I my life dear unto my self”, artinya ia tidak memperhitungkan hal yang berharga nyawa maupun jiwanya asal saja ia mencapai garis akhir dan setia sampai mati. Artinya Paulus mengorbankan hal yang berharga, asal saja ia mencapai garis akhir. Dalam The Interlinear Greek-English New Testament memakai kata “But of nothing account I make”, artinya meski saya harus memberikan nama/harga Rasul Paulus menganggap itu semua tidak penting, asal saja Paulus memperoleh mahkota. Fokus utama Rasul Paulus bukanlah mempertahankan hidupnya; yang paling penting baginya ialah bahwa ia dapat menyelesaikan pelayanan yang dipercayakan Allah kepadanya. Di manapun tugas itu berakhir, bahkan dengan mengorbankan nyawanya sekalipun ia akan menyelesaikan pelayanannya dengan sukacita dan doa agar "Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku baik oleh hidupku, maupun matiku" Filipi 120 Bagi Paulus, hidup dan pelayanan bagi Kristus adalah sama dengan perlombaan yang harus diikuti dengan kesetiaan mutlak bagi Tuhannya Kisah Para Rasul 1325; 1Korintus 924; 2Timotius 47; Ibrani 121. Paulus dipenjarakan, dicambuk, dirajam, diusir oleh bangsanya sendiri, tetapi sebaliknya ia selalu bersukacita di dalam Roh Kudus. Menderita kesusahan karena Kristus bukan menandakan bahwa Allah telah meninggalkan kita, melainkan Allah menyertai umatNya. Sekalipun tubuh ini tersiksa, bagi Paulus hal itu akan membawa sukacita bagiNya, sebab Paulus percaya bahwa Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkannya, bahkan Paulus terus mengingatkan orang-orang pada waktu itu agar tetap mengasihi Kristus lebih dari nyawa mereka sendiri. Calvin mengatakan bahwa standar penyangkalan diri tidak hanya memikirkan orang lain dengan lebih baik dari pada diri sendiri, tetapi sebenarnya marilah kita mengusahakan kebaikan orang lain, bahkan dengan sukarela melepaskan hak-hak kita demi kepentingan orang hendaklah setiap orang percaya dengan sukarela memberi diri sepenuhnya kepada Allah Calvin menjelaskan bahwa“Dasar dari sikap ini adalah bahwa semua orang diciptakan sesuai dengan gambar Allah, dan kepada mereka kita berutang seluruh penghormatan dan kasih yang dapat kita berikan. Hal ini benar terutama bagi umat percaya lainnya, karena mereka telah dihidupkan di dalam Kristus melalui karya Roh Kudus. Bahkan jika seseorang melakukan perbuatan tercela dan tidak berharga, ia masih menyandang keserupaan dengan Allah dan oleh karena itu ia layak menerima rasa hormat dan pertolongan ketika ia memerlukannya. Dan Tidak ada seorang pun yang sungguh-sungguh telah menyangkal dirinya jika dia belum menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan dan rela memercayakan setiap detail kehidupannya kepada kerelaan kehendakNya Berdasarkan pemahaman diatas Penulis menyimpulkan bahwa hamba yang tidak sungguh-sungguh menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah, sangat susah baginya untuk menyangkal diri demi melayani Tuhan, tetapi hamba yang setia adalah hamba yang sungguh-sungguh menyerahkan diri sepenuhnya dan menyangkal diri. Rasul Paulus bertekad “Mencapai Garis akhir” Mencapai garis akhir dalam bahasa Yunani memakai kata “ηεηέλεκα” teteleka dari kata dasar “ελέ” telow.18 Dalam bentuk verb first person singular perfect active indicative yang artinya kata kerja yang dilakukan seseorang secara terus menerus dengan memiliki arti mengakhiri, menyelesaikan, melakukan, menaati, Kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhir memiliki arti kesudahan, penghabisan. Jadi mencapai garis akhir adalah menyelesaikan atau mengakhiri sebuah pelayanan yang telah dipercayakan kepada setiap pelayan Tuhan Aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang dimaksud dengan perkataan ini ialah “untuk menyelesaikan perlombaan dan pelayanan.” kata perlombaan mencapai garisakhir disini sama dengan yang di 2Timotius 47. Artinya bahwa Rasul Paulus bertanding lari, tetapi sebagai kiasan untuk tugas yang telah Allah berikan kepada Paulus. Matthey Henry mengatakan bahwa keberhasilan Paulus dalam melayani yaitu Paulus berhasil memberitakan Injil bahkan jemaat yang dilayaninya semakin diteguhkan didalam Tuhan dan secara Rohani mereka dibangun,sehingga mereka terus meyakini bahwa anugerah itu bukan dari hasil usaha mereka akan tetapi pemberian Allah. Berdasarkan pendapat di atas Penulis menyimpulkan bahwa ketika Rasul Paulus mengatakan “saya telah mencapai garis akhir”berarti rasul Paulus telah berhasil memberitakan Injil walaupun Paulus mengalami berbagai tantangan dan cobaan, sebab rasul Paulus yakin bahwa Allah yang menguatkannya dan dapat menaklukkan itu semua. Seperti halnya Murray juga mengatakan “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya, pertandingan yang baik adalah karena Tuhan Yesus yang memberi kemenangan itu. Maka hanya Ia sendirilah yang dapat menaklukkan musuh”.Jadi dalam melawan musuh bukan dengan kekuatan dan kehebatan manusia tetapi hanyalah dengan kuasa Tuhan Yesus adalah sumber kekuatan bagi orang percaya. Jadi tantangan yang dihadapi Rasul Paulus bukan hanya dari orang-orang pada saat itu, tetapi tantangannya adalah bagaimana Rasul Paulus dapat mencukupi keperluan dan kebutuhannya sendiri dengan menjual tenda. Keperluan dalam bahasa Yunani memakai kata“ρείαι” dari kata dasar ρεα kheria dalam bentuk noun feminine plural dative yang menyatakan perempuan jamak sebagai objek tidak keperluan, kebutuhan, kekurangan, Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “keperluan” adalah sebuah keharusan, kemestian, yang perlu. Dalam terjemahan Exegetical Dictionary of the new tastemant menggunakan kata Cheria need, necessity keperluan-keperluan.Jadi secara harafiahnya kata memenuhi keperluan bararti mencukupi apa yang ada, melayani, bahkan memberi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang lain. Marshall berkomentar bahwa “untuk memenuhi keperluanku” Paulus menolak untuk menerima bantuan dari para jemaat yang sedang ia layani karena tuduhan terus menerus oleh guru-guru palsu tentang motifasinnya. Paulus memenuhi kebutuhannya sendiri dengan membuat tenda Lih. 1 Korintus 412; 93-7; 2 Korintus. 117-12.23 Powell menegaskan bahwa disamping Paulus menyebarkan Injil Paulus adalah pembuat tenda, membangunnya dan membongkarnya. Jadi kebutuhan rasul Paulus bukan hasil dari pemberian orang yang ia layani, tetapi dengan tangannya sendiri dengan profesi sebagai tukang tenda. Bahkan hasil yang ia dapat dalam pembuatan tenda, Paulus juga masih berbagi dengan orang lain. Packer mengatakan bahwa Setelah Paulus melayani orang-orang non-Yahudi selama hampir 3 tahun, di Yerusalem, Paulus kembali ke Antiokhia, dari sana ia menuju Galatia, firgia, Derbe, Listra, Ikonium, dan Antiokhia. Setelah itu ia memutuskan untuk menginjili secara intensif di Efesus. Di Efesus inilah Paulus menunjukkan tahun-tahun paling berat baginya, dimana ia harus menghidupi dirinya sendiri dengan membuat dan menjual tenda-tenda. Dimana rasul Paulus pagi-pagi benar dia mulai membuat tenda, siang harinya dia mengajar, dan memberitakan Injil, kemungkinan hingga malam hari. Paulus bekerja dengan tangannya sendiri sehingga dapat menolong kawan-kawan sekerjanya. Hal ini tentu sangat sulit bagi pemberita Injil, akan tetapi ia sungguh-sungguh berusaha agar dapat memenuhi keperluannya sendiri. Basuki mengatakan bahwa “melayani Tuhan harus dengan motifasi yang murni.” Paulus menuliskan dalam 2 Timotius 13, aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku baik siang maupun malam. Dalam melayani Tuhan harus harus memiliki motifasi yang murni. Artinya pelayanan kita kepada Dia bukan karena pamrih atau pahala, melainkan karena ucapan syukur kepadaNya yang telah memilih, menyelamatkan dan melayakkan kita untuk menekankan kepada setiap pelayan Tuhan, supaya memiliki motifasi yang benar dalam melayani Tuhan. Seperti Wiersbe mengemukakan bahwa “Niat hati seorang pelayan Tuhan haruslah untuk memuji Tuhan, bukan untuk dipuji, untuk mendapatkan upah kekal disurga, bukan pengakuan sesaat di dunia”. “Engkau tidak akan memperoleh upahmu dua kali” Matius 61-18. Pada hari penghakiman, banyak orang yang saat ini menjadi yang terdahulu di mata manusia akan menjadi yang terakhir di mata Allah. Sebaliknya banyak yang terakhir di mata manusia akan menjadi yang terdahulu di mata Allah 1330. Jika niat hati kita benar, Allah pasti akan memberi kita upah yang setimpal meskipun kita tidak berniat mengejar upah. Bila kita melayani orang lain dari hati yang tulus, kita sedang mengumpulkan harta di sorga Matius 620 dan menjadi “kaya di hadapan Allah” 1221”.Artinya bahwa hamba di tuntut untuk memiliki motifasi yang benar dalam pelayanan. Scougal mengatakan Jika kamu telah mengalami kasih yang mendalam kepada Kristus dan telah belajar untuk tinggal di dalam Dia, berpeganglah kepadaNya dengan seluruh biarkan dirimu diperdaya untuk mengejar hal-hal yang sia-sia dari dunia tahu bahwa hal-hal itu tampaknya memberikan sukacita, rasa aman, dan kepuasan, namun sesungguhnya semuanya itu hanyalah angan-angan. Hal ini menjelaskan bahwa seorang hamba Tuhan harus hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebab upah bagi orang yang menjadi murid sejati ialah ia menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus dan kelak akan mendapat bagian dalam kemuliaanNya. Menurut Calvin, kita seharusnya tidak perlu mengharapkan kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan, tetapi kita seharusnya percaya sepenuhnya bahwa segala sesuatu hanya tergantung pada berkat Ilahi”. Maksdunya bahwa kehormatan, kekayaan bukanlah yang utama dalam pelayanan, tetapi bagaimana orang percaya dan hamba Tuhan menyadari bahwa apa yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan. Dan sebagai murid memiliki motifasi yang benar di hadapan Allah. Artinya kekayaan dan kehormatan bukanlah yang utama dalam melayani Tuhan, tetapi bagaimana seorang hamba sungguh-sungguh mau melayani Tuhan hanya bergantung kepada Tuhandan murni hanya untuk Tuhan. Rasul Paulus bertekad“Aku Menyelesaikan Pelayanan” Menyelesaikan pelayanan dalam bahasa Yunani memakai kata ’ηελειώζαι’ dari kata dasar ηελειφ teleioō”.dalam bentuk Verb Aorist Active yang artinya kata kerja yang dilakukan secara aktif. Memiliki arti menyelesaikan, habis, terjadi, berhasil memenuhi. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia kata “menyelesaikan” diartikan menyudahkan, menyempurnakan, menjadikan berakhir, menamatkan. Paulus yang terberkati itu tidak menghiraukan nyawanya sedikitpun demi hal itu bertekad dalam kekuatan Kristus, bahwa dia tidak akan kehilangan tujuan hidup hanya demi mempertahankan nyawanya. Dia rela menjalani hidupnya dengan bekerja keras, mempertaruhkan nyawanya dalam pelayanan yang berbahaya, dan menghabiskan waktunya untuk pelayanan yang dia rela menyerahkan nyawanya sebagai martir, sehingga Paulus menggenapi maksud dari kelahirannya, babtisannya, dan panggilannya. Artinya Rasul Paulus mengambil tekad untuk tetap setia melayani Tuhan, sekalipun banyak pencobaan yang Paulus hadapi, bahkan nyawa sekalipun Paulus pertaruhkan. Park Mengatakan bahwa Pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku, diantara pencobaan yang paling menyedihkan yang dialami orang percaya, adalah pencobaan berupa ancaman rencana jahat dari sesama manusia. Orang yang menerima pencobaan itu harus meminum cawan pahit kesendirian, akan tetapi kesendirian adalah obat yang baik untuk memandang dan bersandar hanya kepada Tuhan serta percaya hanya kepadaNya. Hal-hal tersebut menimpa Paulus dari pihak orang Yahudi yang mau membunuhnya, yang masih berkomplot untuk merancangkan kejahatan melawannya. Perhatikanlah para hamba Tuhan yang setia akan terus melanjutkan pelayanan mereka bagiNya di tengah-tengah aral dan bahaya, tanpa menghiraukan sedikit pun musuh-musuh macam apa yang harus mereka hadapi, supaya mereka dapat membuktikkan diri layak di hadapan Guru mereka dan menjadikan Dia sahabat mereka. Calvin menuliskan tentang kerendahan hati kita dan kehebatan atau pengagungan Allah kerendahan hati kita adalah kehebatanNya, sehingga pengakuan dari kerendahan hati kita menyediakan pemulihan dalam belas bahwa pelayanan tidak akan berakhir dengan baik jika seorang pelayan Tuhan tidak memiliki kerendahan hati Kerendahan hati dalam bahasa Yunani memakai kata απεινουρουνη tapeinophrosune yang artinya “kerendahan hati”. Dengan kasus kata benda feminine singular genitive. Dalam King James Version memakai kata ”humility of mind”, yang artinya menjaga kerendahan hati dari pikiran, akal, ingatan. Dalam New American Standard memakai kata “afflict, menyebabkan hati menderita, menimpa, Oppress menekan, Humble sederhana, rendah, merendahkan hati. Dalam kamus Alkitab kerendahan hati artinya sifat baik, yang dalam Perjanjian Lama ditunjukkan dengan perilaku lahiriah seperti menangis, berpuasa, dan mengoyakkan jubah 1 Raja-Raja 2129; 2 Raja-raja 2211-20. Jadi secara harafiahnya kerendahan hati ialah menjaga hati, pikiran akal, sederhana dan merasa tidak berdaya. Dalam Perjanjian Baru kerendahan hati adalah merasa tak berdaya seperti anak- anak Matius 184, tidak mempertahankan kedudukan Filipi 28-9, atau tidak merendahkan kedudukan. Rendah hati artinya tidak menganggap diri lebih hebat atau lebih kuat dari pada orang lain. Seperti halnya rasul Paulus mengungkapkan kepada para penatua yang ada di Efesus. Rasul Paulus menyatakan bahwa dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Rasul Paulus “Memberi Kesaksian” Memberi kesaskian dalam bahasa Yunani memakai kata “διαμαρηύραζθαι” dari kata dasar διαμαρηύρομαι diamarturomai dalam bentuk verb aorist middle infinitive yang artinya kata kerja yang dilakukan terus menerus yang memiliki arti bersaksi, memberi kesaksian, memperingati. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia kata ’kesaksian’ memiliki arti menyatakan. Dalam Firman Allah Yang Hidup mengatakan ”tetapi apalah artinya hidup saya ini, jika saya tidak melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepada saya oleh Tuhan Yesus, yaitu mengabarkan berita kesukaan mengenai kasih dan kebaikan Allah yang Mahabesar.” Secara harafiahnya tugas bagi hamba Tuhan dan bagi orang percaya ialah memberi kesaksian lewat pengajaran dan pemberitaan kabar baik bagi orang percaya maupun bagi mereka yang belum mengenal Injil. Pekabaran Injil adalah pemberitaan kabar gembira tentang Tuhan dengan maksud supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat kepada Kristus. Pekabaran Injil ditujukan kepada orang-orang yang belum mengenal Injil sama sekali, bahkan tidak tertutup kemungkinan juga bagi orang Kristen yang sudah lama meninggalkan Tuhan, dengan maksud supaya semua orang itu menyerahkan kehidupannya secara penuh kepada Tuhan. Seperti halnya dikatakan oleh Metzger bahwa Apa yang terjadi seandainya seorang dokter ahli bedah yang sedang mengerjakan pembedahan pasien yang gawat, tiba-tiba menyadari bahwa pisau bedahnya tidak ada? Ia akan berseru dengan cemas, “saya tidak mempunyai alat yang tepat untuk membuat irisan ini” kita pun terpanggil untuk menjadi dokter yang mengobati jiwa-jiwa. Kita sudah diberi pisau bedah, namun terkadang kita lupa menggunakannya padahal alat ini mutlak diperlukan untuk membedah hati orang-orang yang belum percaya. Jadi memberitakan Injil adalah tanggungjawab setiap orang percaya. Allah yang memanggil dan memilih setiap orang percaya untuk menyatakan rahasiaNya kepada umatNya. Sebagai hamba yang setia senantiasa memiliki motifasi yang benar dalam melayani Tuhan, dan hanya fokus kepada kebenaran. Memberitakan Injil buakanlah paksaan, atau tidak dengan rela hati tetapi sebagai orang percaya yang telah diselamatkan dan dibebaskan tugasnya hanyalah menyampaikan dan mengajarkan kabar baik kepada semua orang. Kajian Teologis Penulis akan membahas dalam kajian theologis tentang kesetiaan pelayanan dan pengorbanan, mengakhiri dengan baik, dan kesetiaan memberitakan Injil. Kesetiaan Pelayanan dan Pengorbanan Wong mengatakan hidup Paulus tidak berarti baginya, melainkan tidak berarti ketika dibandingkan sesuatu dengan yang lain. sesuatu yang lain itu adalah menyelesaikan tujuan dengan sukacita, menggenapi pelayanan yang ia terima dari Tuhan pelayan memiliki tujuan yang harus dijalani dan diselesaikan, sebuah pelayanan untuk orang percaya jalani dan genapi. Artinya hidup akan sangat berarti jika seorang pelayan Tuhan, menyelesaikan tugas yang telah Tuhan percayakan kepadanya. Wong mengatakan bahwa Paulus percaya bahwa hidupnyaadalah milik Allah. Paulus tidak khawatir tentang hidupnya dan masa depannya.“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun asal aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk bersaksi tentang Injil anugerah Allah. Keberadaan hidup Paulus di dunia ini ia sadari hanyalah bagi kemuliaan Kristus. Stephen Tong menjelaskan; Allah sumber kita Ia adalah tujuan kita. Allah itu titik permulaan dan titik akhir dari permulaan kita berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. Rasul Paulus membuktikkan kesetiaannya dengan perkataan aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu ayat 27, artinya Paulus tidak pernah lalai melakukan tugas yang Tuhan perintahkan kepadanya, Rasul Paulus tidak dengan sengaja atau berencana menghindar dari tugasnya memberitakan bagian manapun dari maksud Allah. “Dia tidak pernah menolak memberitakan bagian-bagian paling sulit dari Injil hanya hanya karena tidak mau bersusah payah, juga tidak menampik untuk memberitakan bagian-bagian yang yang paling jelas dan mudah hanya untuk mepertahankan tidak menghindari diri untuk memberitakan ajaran-ajaran yang dia tahu Stephen Tong. Peta dan Teladan Allah Jakarta Lembaga Reformed Injili Indonesia 2009, akan membuat murka para musuh besar kekristenan, ataupun ajaran-ajaran yang tidak menyenangkan bagi para pemeluknya yang tidak taat, melainkan meneruskan pekerjaannya dengan setia, tidak peduli apakah mereka bersedia mendengarkannya atau menampiknya.”kesetiaanRasul Paulus, sangat terbukti dimana Paulus tidak pernah menghindar dalam tugasnya, bahkan tidak menghirakan kondisi dan situasi. Machartur berpendapat bahwa“Sebagai pelayan Tuhan harus bertumpu pada kepercayaan, dan kepercayaan dipupuk melalui kesetiaan. Dimana kepercayaan dilahirkan dan penghormatan dipertahankan, ada harga yang harus dibayar, yaitu pelayanan penuh pengabdian.”pelayan Tuhan yang memmiliki iman yang kuat, tidak mudah untuk dalam menghadapi apa pun. Penulis menyimpulkan bahwa kesetiaan dan pengorbanan Paulus sungguh menjadi teladan bagi setiap pelayan dan pengorbanannya dimana rela kehilangan nyawa, rela dianiaya rela kehilangan segala-galanya, ini merupakan ciri dari kehidupan seorang pelayan Tuhan rela berjiwa hamba seperti Yesus Kristus. Pelayanan Dan Finishing Well Penulis mengambil beberapa prinsip bagi pelayan Tuhan bagaimana pelayan Tuhan termasuk pelayan-pelayan yang menyelesaikan dengan baikUntuk menyelesaikan dengan baik, pelayan harus mulai sekarang. Wong mengatakan “waktu terbaik untuk menanam sebua pohon adalah dua puluh tahun yang kedua terbaik adalah sekarang” apakah kita sudah melakukan dengan baik dimasa lampau, seorang pelayan selalu memulai sekarang untuk menyelesaikan dengan baik. Marthin Luther mengatakan bahwa hanya ada dua hari yang penting sepanjang masa hari ini dan hari itu. Begitu seoarng pelayan Tuhan dalam mengambil sebuah keputusan bagaimana ingin tampil dihadapan Allah pada hari itu, pelayan Tuhan juga memutuskan bagaimana hidup hari ini. Menyelesaikan dengan baik bukanlah sebuah pertimbangan di masa depan; ia harus menjadi sebuah obsesi masa kini Marsal mengatakan bahwa “Perak, Emas, dan Pakaian adalah bagian dari kekayaan.”Brink berpendapat kekayaan orang-orang zamannya Paulus Matius 619 Berdasarkan pemahaman diatas penulis menyimpulkan bahwa kesetiaan yang dilakukan oleh Rasul Paulus sanagatlah luar biasa jika dibandingkan dengan hamba Tuhan sekarang ini karena tantangan yang Paulus hadapi dalam pelayanan bukanlah tantangan yang biasa akan tetapi rasul Paulus melakukannya dengan teguh supaya Paulus bisa mencapai tujuannya yaitu memberitakan injil. Rangkuman Pelayan Kristus yang baik ialah pelayan yang setia. Loyalty artinya “patuh dan setia” jadi setia berarti sedia mengerjakan perintah itu dengan sikap hati yang benar dan kualitasterbaik sampai pun hal-hal yang dituntut kepada seorang hamba adalah dimana sebagai pelayan-pelayan Tuhan mereka dapat dipercayai, setia dalam melaksanakan tugas mereka sampai akhir. Paulus mengacu kepada ajaran Yesus yang mengikutsertakan gambaran tentang seorang penatalayan yang setia Lukas 1442 161-8, bagi Paulus sebagai seorang rasul dan hamba Tuhan yang utama dalam hidupnya untuk tetap setia kepada Tuhan yang setia adalah hamba yang mencapai garis akhir dan tentu selama melayani Tuhan sangat dibutuhkan kesetiaan seorang hamba. Kesetiaan hamba Tuhan akan diuji oleh waktu dimana ia akan mengalami berbagai penderitaan, kesengasaraan, pergumulan, dan banyak hal yang akan dialami dalam melayani Tuhan. Disinilah akan teruji seorang hamba Tuhan bagaimana kesetiaannya kepada Tuhan. Di dalam kesetiaan hamba dituntut untuk selalu meneladani karakter Kristus yang setia melayani sampai akhir. Kesetiaan berbicara tentang ketahanan, keteguhan untuk mencapai tujuan khususnya ketika berada dalam bahaya dan ini menjelaskan kesetiaan dalam melaksanakan tugas dan pengabdian tanpa pamrih pada orang tertentu dan prinsip-prinsip – kesulitan, bahaya dan perbedaan-perbedaan. Kesetiaan tidak berarti acuh tak acuh atau bersikap juga berarti menahan rasa sakit tanpa adalah sifat yang positif dan berasal dari kasih yang terus mengalir dan keluar sebagai setia berarti tabah dan mempertahankan kebenaran ketika menghadapi yang setia tidak mengesampingkan masalah, atau berusaha untuk melepaskan diri lewat jalan yang mudah, atau menghindar ketika ancaman datang, orang yang setia tetap mengahadapi masalah mereka. Kesetiaan juga diartikan “ketaatan”, ini menggambarkan sebagai sebutan untuk pelaksanaan kewajiban, ketaatan yang teguh pada kebenaran dan berarti tetap kuat walaupun semua perasaan dan kesulitan, bahkan sukacita yang pernah dialami sekalipun telah KESETIAAN MELAYANI SAMPAI AKHIR KISAH PARA RASUL 2024.David Susilo Pranoto
TetapSetia Melayani Tuhan. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Dalam sebuah wawancara saya dengan seorang vokalis dari sebuah band ternama saya mendapat cerita menarik tentang awal karirnya. Semuanya dimulai ketika ia tengah melayani pada satu kebaktian di gereja.
Filipi 222-24"Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku;tetapi dalam Tuhan aku percaya, bahwa aku sendiri pun akan segera datang."- Ilustrasi Renungan internet - Beberapa hal yang sering dijadikan penguji kesetiaan. Pertama, soal waktu. Seberapa lama kita bisa bertahan untuk setia? Karena waktu cara yang baik untuk mengukur kadar kesetiaan. Kedua, soal jarak. Mungkin kita bisa setia kalau berada dalam zona wilayah yang sama/dekat. Sebaliknya, bagaimana bila kita terpisah jauh? Mungkinkah kita tetap setia? Ketiga, soal keadaan. Jika dalam keadaan senang/bahagia kita mudah untuk setia, tapi bagaimana jika dalam keadaan sulit? Bacaan hari ini Rasul Paulus sangat memuji kesetiaan Timotius. Ketika dalam pelayanan Injil, Timotius telah menunjukkan bahwa ia seorang anak rohani yang baik, taat dan ketika Paulus berada dalam penjara, Timotius tetap memiliki jiwa besar untuk melayani Tuhan, tidak putus asa, tetap beriman dan terus berkobar-kobar dalam pelayanan. Dan inilah yang membuat Paulus ingin mempercayakan pekerjaan pelayanan padanya. Di masa kini, mencari orang yang setia, sama seperti mencari barang langka. Banyak orang setia, ketika ia diberkati, tetapi ketika keadaan berbalik, maka kesetiaan pun pudar. Namun kitapun dingatkan bahwa ujian kesetiaan tidak hanya saat keadaan susah, tapi juga saat nyaman. Hal kongkrit sering terjadi orang berubah setia ketika keadaan nyaman yaitu segala kebutuhan terpenuhi, merasa tidak membutuhkan Tuhan; Banyak yang meninggalkan Kristus, meninggalkan pelayanan, meninggalkan keluarga karena harta, kedudukan/jabatan dan cinta. Sebagai keluarga Kristen, kita belajar dari pengalaman iman Paulus dan Timotius di atas, untuk memiliki ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus. Ia mau kita setia pada-Nya, setia pada keluarga kita, setia pada pekerjaan kita, setia pada lembaga gereja GMIM dimana kita bersama dapat bertumbuh dalam iman. Tuhan menghendaki agar kita tetap hidup dalam kesetiaan. Tuhan Yesus memberkati Firman-Nya. Amin. DOA Ya Tuhan, tolonglah kami untuk dapat mengikuti teladan ketaatan dan kesetiaan–Mu. Jadikanlah kami taat dan setia bukan hanya pada saat keadaan baik, tapi juga dalam keadaan sulit sekalipun. Amin.

Kalaukita sungguh-sungguh intim dengan Tuhan, janji Tuhan itu pasti terjadi dalam hidup kita. Saya bersyukur kalau minggu pertama ini saya diizinkan ada dalam pelayanan, itu adalah anugerah Tuhan. Benar bahwa kalau kita hidup melekat dalam iman, Tuhan sedang membentuk kita dalam rancangan yang luar biasa.

Khotbah Minggu, 14 Februari 2021 Disiapkan oleh Pdt. Alokasih Gulo 1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. 2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. 3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, 4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. 5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. 6 Sebab Allah yang telah berfirman "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Apakah semua hal yang baik dan benar diterima dengan hati yang tulus dan terbuka oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua berita baik diterima dengan sukacita oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua pekerjaan yang baik dan benar dapat dilakukan oleh setiap orang? Belum tentu? Apakah semua orang dapat melihat secara positif hal/peristiwa yang terjadi di sekitarnya? Belum tentu! Ada banyak contoh nyata tentang hal yang baik dan benar yang belum tentu diterima dan dilakukan oleh setiap orang. Orangtua menyampaikan nasihat kepada anak-anaknya misalnya, untuk kebaikan anak tersebut. Tetapi, tidak semua anak mau mendengarkan dan melakukan nasihat itu; malah ada yang mengolok-olok orangtuanya yang menasihatinya. Demikian juga dengan didikan guru atau dosen yang mengarahkan anak didiknya ke arah yang lebih baik, ada yang mematuhinya, tetapi ada juga yang tidak, bahkan ada yang mempermainkan guru/dosennya. Pemberitaan firman Tuhan oleh para pelayan, ada yang merenungkan dan melakukannya dengan sepenuh hati, tetapi banyak juga yang malah menertawakannya. Atau, hari ini misalnya, valentine’s day, hari kasih sayang, apakah semua orang sungguh-sungguh mengasihi/menyayangi sesamanya? Belum tentu! Fenomena seperti ini juga terjadi kepada Rasul Paulus, ketika dia memberitakan berita Injil kepada orang-orang Korintus. Ada sejumlah pihak di Korintus yang tidak menerima dengan baik pengajaran Paulus, bahkan sejumlah pengacau Yahudi yang justru memprovokasi jemaat untuk melawan Paulus 2 Kor. 1122-23. Ketika Paulus mendatangi kembali Korintus 2 Kor. 21; 1214; 131, dia tidak diterima dengan baik oleh jemaat, malah ada di antara mereka yang menghina dia 2 Kor. 25; 712. Orang-orang Korintus memang terkenal sebagai orang-orang yang rewel dan keras kepala. Mereka sulit diatur, apalagi dengan adanya provokasi atau pengaruh negatif dari beberapa orang Yahudi yang memang sengaja mengacaukan jemaat pada waktu itu. Orang-orang ini mempertanyakan kerasulan Paulus. Ada banyak faktor yang membuat mereka melawan Paulus dan tidak menerima ajarannya tentang Injil Kristus. Faktor utama adalah karena Injil yang diberitakan oleh Paulus telah mengganggu kepentingan dan hasrat duniawi mereka. Itulah sebabnya Paulus menegaskan bahwa pelayanan pemberitaan Injil yang dia lakukan terjadi karena kemurahan Allah saja, bukan karena keinginannya sendiri. Artinya, Paulus tidak memiliki motivasi dan tujuan duniawi dalam pemberitaan Injil seperti yang dituduhkan selama ini. Paulus tidak pernah melakukan pelayanan dengan motivasi dan tujuan duniawi yang hina itu. Paulus yakin penuh bahwa pelayanan yang dilakukannya itu bersumber dari Allah dan ditujukan untuk kemuliaan-Nya. Pelayanan Paulus tersebut sebenarnya dapat mendatangkan sukacita keselamatan bagi mereka yang dengan tulus percaya kepada Kristus dan mau dengan rendah hati menerima serta melaksanakan pengajaran Injil Kristus itu. Tetapi, berita sukacita tersebut sulit diterima oleh orang-orang yang masih rewel, keras kepala, dan malah menjadi provokator di tengah-tengah jemaat. Mereka selalu mencari-cari alasan untuk melawan dan menentang kebaikan. Jadi, tidak semua orang menerima dengan hati yang terbuka hal-hal atau berita yang sebenarnya baik dan benar itu. Walaupun demikian, Paulus tetap setia dalam pelayanan Tuhan. Tantangan dan hinaan yang dia terima tidak melemahkan semangatnya dalam pelayanan Tuhan. Dia tetap setia apa pun yang terjadi. Dia tetap memberitakan Injil walaupun ada orang yang malah mengolok-oloknya. Paulus adalah salah seorang pelayan Tuhan yang setia, teladan bagi kita untuk tetap setia dalam pelayanan Tuhan di tengah-tengah era yang memprihatinkan ini. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang mau menerima dengan baik pemberitaan Injil. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang senang dengan diri kita. Kita tidak pernah mampu menyenangkan hati semua orang, sebab selalu saja ada orang yang tidak berterima dengan hal-hal yang sebenarnya baik. Menurut Paulus, orang-orang yang tidak mau menerima hal-hal yang baik, akan binasa 43. Paulus menegaskan bahwa sekalipun Injil itu pada dasarnya menjadi berita keselamatan, berita sukacita, berita terang dalam kegelapan, dan sumber berkat bagi para pendengarnya, tetapi bisa saja tidak dinikmati karena tidak semua orang mau menerimanya dengan penuh keterbukaan dan kerendahan hati. Salah satu faktor yang membuat manusia tidak menikmati sukacita Injil adalah karena mereka telah terjebak dan terjerat dalam lilitan ilah zaman, yaitu lilitan yang tampaknya sangat menarik, sangat menjanjikan, sangat menyenangkan, tetapi sesungguhnya dapat membutakan mata dan pikiran, bahkan dapat membawa manusia ke dalam kebinasaan. Lilitan zaman inilah juga yang menghalangi pemandangan manusia hingga saat ini sehingga banyak orang yang tidak mampu lagi melihat dengan jelas cahaya kemuliaan Allah. Banyak orang yang setiap hari lebih banyak melihat cahaya malapetaka, cahaya kemunafikan, cahaya kebobrokan, cahaya kerewelan dan kekerasan kepala, cahaya kekacauan, dan mungkin saja cahaya para provokator, seperti di jemaat Korintus tadi. Oleh sebab itu, perlu menjernihkan hari dan pikiran untuk mampu menerima hal-hal yang baik dan benar. Perlu mengembangkan pola pikir positif untuk mampu melihat dengan jernih berbagai hal atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita. “Melihatlah dengan jernih!” Apa yang kita lihat dalam diri orang lain, bahkan dalam diri sendiri, tergantung pada kejernihan jendela yang melaluinya kita melihat mereka. Demikian juga dengan “keselamatan” yang dari Tuhan. Banyak orang yang gagal melihat, mengalami, dan merasakan keselamatan itu, karena “jendela hatinya” yang masih belum bersih. Berita Injil Kristus, keselamatan dan sukacita yang sesungguhnya telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Ketika “jendela hati” kita masih “berdebu”, penuh dengan berbagai kotoran duniawi, telah ditutupi oleh berbagai ilah zaman, maka percayalah kita akan kesulitan melihat dengan jernih berita Injil itu, seolah-olah keselamatan yang dari Tuhan tersebut tersembunyi bagi kita. Tentu ada banyak bentuk dan wujud dari ilah zaman ini yang dapat membutakan mata dan pikiran kita, mulai dari keinginan individu dan golongan, kepentingan parsial, kebutuhan “ni’ila hörö ibabaya tanga”, gaya hidup glamor, pola hidup yang sangat modern, kebebasan yang kebablasan, dan berbagai keinginan duniawi lainnya. Ada banyak “new idol” dalam kehidupan kita dewasa ini! Hal inilah semua yang dapat menghalangi kita dalam penerimaan berita Injil Kristus, sehingga sukacita dan keselamatan itu menjadi tersembunyi bagi banyak orang. Ketika “jendela hati” kita sudah bersih, maka kita akan mampu menerima dengan baik berita Injil yang menyelamatkan itu. Ketika “jendela hati” kita sudah jernih, maka kita akan menjadi warga jemaat yang setia di tengah-tengah ketidaksetiaan dunia ini. - selamat berefleksi -
RasulPaulus memberi penekanan dalam kaitannya dengan melayani Tuhan dengan tulus dalam 1 Timotius 1:12. Dia menegaskan demikian: "Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku". Melayani Tuhan dengan tulus haruslah menjadi spirit dan
RHEMA HARI INI 2 Tawarikh 157 Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” Kisah Zakharia dan Elisabet adalah teladan yang sangat baik bagi kita, khususnya para pelayan Tuhan. Sekalipun mereka berdua beriman dan setia luar biasa kepada Tuhan, namun doa mereka tidak juga dijawab oleh Tuhan. Elisabet tetap saja mandul, meski segala usaha dan perjuangan telah mereka lakukan. Tetapi hebatnya mereka tak kecewa. Puluhan tahun, mereka tetap setia dan semangat melayani Tuhan. Melayani pekerjaan Tuhan terkadang kita anggap sebagai suatu jaminan bahwa doa-doa dan permohonan kita akan mendapat prioritas untuk dikabulkan. Ketika sekian lama Tuhan tidak menjawab doa kita, kita pun menjadi kecewa bahkan undur dari pelayanan. Tetapi tahukah kita bahwa Tuhan bukannya suka menunda-nunda atau sengaja membuat kita sampai kehilangan iman dalam penantian. Tepat pada waktunya, Tuhan menjawab doa Zakharia dan Elisabet, yaitu tepat sebelum Tuhan Yesus lahir. Yohanes atau yang lebih kita kenal sebagai Yohanes Pembabtis, dilahirkan Elisabet sebagai pembuka jalan bagi Tuhan Yesus. Namanya tercatat abadi di dalam Alkitab sebagai tokoh yang sangat penting terkait dengan karya Allah dalam diri Yesus Kristus. Sampai hari ini mungkin doa-doa kita pun belum dijawab Tuhan, tetapi janganlah kecewa. Tetaplah setia dan semangat melayani Tuhan. Di bulan Desember ini Tuhan mulai berkata kepada setiap kita jangan takut! DOAMU TELAH DIKABULKAN! Tepat pada waktunya, paket jawaban doa itu akan sampai di depan pintu rumah kita. Dukacita selesai dan hati kita akan dipenuhi sukacita karena jawaban doa yang Tuhan berikan, jauh melebihi apa yang bisa kita harapkan. Tuhan Yesus memberkati. RENUNGAN Jangan KECEWA, TETAPLAH SETIA dan SEMANGAT melayani Tuhan, sebab Tuhan akan MENGABULKAN doa serta MEMENUHI kita dengan SUKACITA. APLIKASI 1. Menurut Anda, apakah yang seringkali membuat orang kecewa, berubah setia dan tidak bersemangat lagi melayani Tuhan? 2. Apakah Anda pernah mengalaminya? Oleh sebab apakah itu? 3. Mengapa Anda harus tetap menjaga hati agar tidak kecewa, tetap setia dan semangat melayani Tuhan? DOA UNTUK HARI INI “Tuhan Yesus, jauhkanlah dari kami dari hati yang kecewa. Kami mau tetap setia dan semangat melayani Engkau, sebab kami percaya, Engkau telah mendengar dan mengabulkan doa kami. Pada waktunya, jawaban-Mu akan kami terima dan hati kami akan penuh dengan sukacita. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”
ynfOcK.
  • 53flhx2awy.pages.dev/228
  • 53flhx2awy.pages.dev/92
  • 53flhx2awy.pages.dev/594
  • 53flhx2awy.pages.dev/318
  • 53flhx2awy.pages.dev/223
  • 53flhx2awy.pages.dev/323
  • 53flhx2awy.pages.dev/562
  • 53flhx2awy.pages.dev/597
  • khotbah setia dalam pelayanan