- Срኔմоገ ωсωռики уዘυծεքадуጅ
- ቦаվጭв риգሪшаφ
- Τ դ унтእν
- Цапс ሞчጵтри шуδθ ма
- ዣձиф еջиχ и
- ሹ էնխглещаወե
- Атоձ ጇዬղወውанω υзотрօ
- Ωдреβա ሟувяψа есищըщαхиճ ዛնафузи
CitaCitaku Jadi Guru Arnellis Sumber Dari. Klik di sini untuk informasi file lengkap karangan tentang cita citaku menjadi polwan selengkapnya. 2012 Jul 8 – Kutukan Arwah Santet. Ada fotonya di atas kapal laut yang besaaar dan hebaaat sekali. 18092012 Cita-Citaku oleh Vik Taman Bacaan Pelangi.
Cerpen Karangan Hiakri InkaKategori Cerpen Inspiratif, Cerpen Pendidikan, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 16 March 2016 Aku menatap lalu lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang ke rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung. Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku lakukan. Jadi, tadi sebelum pulang sekolah, guru BK menyuruh anak-anak kelasku untuk menulis satu cita-cita yang PALING ingin diraih. Paling inging diraih? Satu cita-cita? Itulah yang ada di pikiranku hingga sekarang. Satu? Aku punya beribu cita-cita. Jadi wartawan, reporter, penyiar radio, dokter cinta, psikolog, arsitektur, sastrawan, editor, ahli komputer, ustadzah, guru-eh? Guru? Tunggu! Itu kan cita-cita sewaktu aku masih kecil.. Dan sudah lama banget aku nggak kepikiran soal cita-cita itu. Apa ada sesuatu yang ku lupakan? Kenapa dulu aku ingin jadi guru? Apa sih spesialnya jadi guru? Argh… Karena itulah aku bingung.. Kenapa harus menulis satu saja sementara aku punya banyak cita-cita. Karena waktunya juga terbatas, akhirnya aku menulis cita-citaku adalah menjadi seorang guru. Aku menulisnya tanpa alasan. Ada ruang kosong di hati saat menulisnya. Kenapa? Kenapa di lembaran kertas putih itu aku ingin menjadi seorang guru? Apa yang sudah ku lupakan? Kenapa tujuan hidupku seolah berubah dan bercabang? Yang awalnya hanya ingin menjadi seorang guru lalu bercabang dan menjadi banyak cita-cita. Apa yang salah dari diriku? Aku memasuki rumah sambil mengucap salam. Sepertinya aku harus mengorek masa lalu. Kenapa dulu aku ingin menjadi seorang guru. Pasti ada alasannya. Pasti juga ada alasan kenapa cita-citaku jadi banyak seperti itu. Aku membuka kembali diary masa kecilku. Aku baca lembar demi lembar halamannya. Meskipun aku tak menemukan alasan kenapa aku ingin menjadi seorang guru, aku cukup terhibur dengan isi diaryku. Cara penulisannya yang polos, cerita-cerita tidak penting yang aku tulis, terlalu banyak kata lalu’ untuk menyambung suatu cerita, juga tulisanku yang besar-besar dan tidak rapi membuatku bernostalgia sekaligus tertawa dibuatnya. “Lagi apa, Fe?” tanya kakak perempuanku yang bernama Ruri. “Lagi nyari sesuatu,” jawabku seadanya. “Sesuatu? Kok buka-buka buku diary segala,” Kak Ruri terkekeh, “Nyari apa sih? Nyari nama mantan?” ia menyenggol lenganku dengan senyum menggoda. “Mantan? Pacaran aja belum pernah masa nyari nama mantan,” aku menggembungkan pipiku yang cubby. “Nyari apa dong kalau gitu?” tanyanya penasaran. “Nyari alasan.” “Alasan?” Kak Ruri menautkan alis. “Alasan kenapa aku ingin jadi guru.” “Oh…” “Kak Ruri tahu nggak kenapa dulu waktu aku kecil aku ingin banget jadi guru?” “Hm… Gak tahu sih. Mungkin karena suruhan Ayah sama Ibu. Dulu kan Ayah sama Ibu inginnya kamu jadi guru. Gak tahu deh kalau sekarang cita-cita kamu berubah,” Kak Ruri mengangkat bahunya dan disambut helaan napas dariku. “Emang cita-cita kamu selain jadi guru apaan, Fe?” “Ya banyak!” jawabku antusias. “Contohnya?” “Psikolog, penyiar, novelis–” “Coba deh kamu pikir alasan kamu ingin jadi psikolog, penyiar, novelis, pasti ada alasannya, kan?” potong Kak Ruri. “Aku ingin jadi psikolog karena aku ingin memotivasi orang. Aku ingin jadi penyiar karena aku menganggap pekerjaan itu asyik. Aku ingin novelis karena aku suka nulis. Aku ingin jadi guru karena…” “Karena jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Nggak usah dicari, Fe..” potongnya. “Harus dicari, Kakakku tersayang… Ah! Udah ah! Kakak nggak ngasih solusi.. Udah kelas tiga, bentar lagi ujian, masih aja bingung mau ngambil jurusan apa. Karena itu guru BK tanya cita-cita. Huh!” keluhku sebal. “Hahaha… Nggak sulit kok, Fe. Kamu aja yang bikin sulit.” “Kenapa sih… Dulu aku ingin banget jadi guru?” teriakku dengan nada frustrasi. “Haha! Masalah profesi aja bisa bikin kamu stres, Fe!” ledeknya. “Hah…” aku menghela napas panjang, “Harus nyari di google ya, Kak kelebihan jadi seorang guru?” sontak Kak Ruri terbahak-bahak. “Jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Kalau kamu nggak nemuin, cari dong! Tanyakan pada teman-temanmu.. Apa sih kelebihan seorang guru. Kalau menurutmu sendiri gimana?” “Mm… Nggak ada. Guru itu, berangkat, ngajar, pulang. Selesai!” Kak Ruri tertawa terbahak-bahak, “Jangan-jangan kamu mikir pekerjaan Kakak sebagai fotografer cuma foto-foto doang gitu? Pikiranmu pendek sekali, Fe… Udah ah! Cape ngomong sama anak kecil! Mau kuliah kok pikirannya masih kayak gitu!” ledeknya dan aku hanya menggembungkan pipi melihatnya memasuki kamar. — “Kelebihan jadi guru, Fe?” seru sahabatku-Angel sewaktu aku menceritakan cita-citaku tersebut pada ketiga sahabatku. “Menurutku ya, guru itu pekerjaan monoton. Berangkat, ngajar, pulang, nggak ada asyik-asyiknya!” seru sahabatku -Vita. “Gajinya juga dikit, Fe,” tambah Angel, “Gak sebanyak bos-bos di perusahaan,” ia tersenyum menggoda sambil mengaduk jus strawberry-nya. “Tapi menurutku ya, meskipun guru gajinya dikit, tapi dapat banyak pahala,” seru Erin dengan senyum merekah. “Iya sih, tapi kalau ngajarnya kayak Bu Surti malah dapat dosa dong!” seru Vita dan sontak disambut gelak tawa dari kami berempat. “Bu Surti itu kepaksa jadi guru!” tambah Angel. “Ulangan dijadiin PR. Kerjaannya di kelas cuma presentasi, ngerjain LKS. Hahahaha…” tambah Erin. “Hei, dia itu guru kita tahu! Jangan kualat!” seruku di sela-sela tawa. “Asyik juga sih sebenernya. Kita nggak perlu mikir pelajaran. Bu Surti juga murah nilai. Tapi, dia nggak ngasih kita ilmu sama sekali. Layaknya sebuah telur yang nggak ada kuningnya,” ujar Angel. “Yup! Terserah kamu aja sih, Fe kalau mau jadi guru. Kalau bisa kamu harus lebih baik dari Pak Edi. Udah Pak Edi itu ngajarnya enak, nggak banyak PR, murid-murid jadi paham, gak pelit nilai lagi!” seru Erin antusias. “Kalau menurutku ya, nilai itu tergantung pendirian masing-masing guru. Jangan terlalu pelit, jangan terlalu baik. Kalau terlalu pelit, murid bakal benci sama kita. Kalau terlalu baik, murid malah nyepelein kita,” tambah Vita. “Kamu kan udah jadi murid nih, harusnya kalau mau jadi guru, kamu tahu kriteria seperti apa guru yang baik,” tambah Erin. “Hm! Teman-teman, kembali ke pertanyaan awalku. Apa sih kelebihan jadi guru?” tanyaku karena tak menemukan jawaban dari pertanyaanku tadi. “Kalau bagiku yang menuntut hidup banyak materi di dunia, guru itu banyak kekurangan,” Angel mengaduk jus strawberry-nya, “Gajinya dikit. Gak sebanyak jadi pengusaha. And… Mm.. Kelebihannya ya itu, banyak pahala.” “Kekurangan jadi guru itu.. Menurutku loh ya, pekerjaannya monoton. Tapi pekerjaan monoton itu tergantung cara kita menyikapinya. Kalau kita have fun jadi guru, ya udah jalanin aja. Kelebihannya, seperti yang Angel bilang, banyak pahala! Ingat nggak tiga perkara yang ditinggalkan sesudah mati? Ilmu yang bermanfaat. So, jadi guru pahalanya terus mengalir,” kata Vita. “Semua pekerjaan ada kekurangan sama kelebihannya, Fe. Tergantung cara kita memandang kekurangan dan kelebihan itu. Jadi guru banyak kok kelebihannya. Gak semonoton yang Vita bilang. Kita bisa bertemu murid-murid yang menghormati kita yang berbeda tiap tahunnya, dapat pahala, gajinya juga standar biar kita nggak jadi manusia yang tamak, dan kita bisa meluangkan banyak waktu buat keluarga,” ujar Erin dengan senyum lembut, “Oh ya, saranku kalau kamu jadi guru, please ubah karakter bangsa ini. Waktu sekolah aja mereka udah nyontek, nyari bocoran, apalagi nanti kalau mereka kerja, bisa korupsi tahu! Mereka itu sama aja udah nganggap Tuhan nggak ada. Mereka sama sekali nggak takut sama Tuhan.” “Tapi, Rin, otakku pas-pasan.. Nggak kayak kamu..” elak Angel. “Angel, bukan masalah otak. Masalah letak kejujuran dalam hatimu. Anak Indonesia tuh pembohong semua tahu nggak?! Bangsa ini akan hancur kalau tunas-tunas mudanya adalah seorang pembohong! Karena itu kadang aku mikir, buat apa sekolah kalau cuma nambah dosa doang. Sekolah itu kayak nuntut kita buat ngelakuin dosa! Temen-temen lain, ngepek, dapat nilai bagus. Aku yang jujur dapat nilai jelek malah dimarahin gurunya. Guru macam apa itu? Malah membela yang salah. Gurunya aja udah hancur. Muridnya tambah hancur,” seru Erin tak mau kalah. “Sabar, Rin,” aku berusaha menenangkan Erin. “Aku salut sama kamu, Rin. Kamu berani mengambil resiko dengan kejujuran. Aku nggak bisa jadi seperti kamu. Aku selalu ngikutin hawa nafsu dan perkataan temen-temen. Bagaimanapun juga nilai bagus adalah targetku entah pake cara apa. Aku bangga sama kamu. Aku senang Indonesia punya orang kayak kamu,” sahut Vita antusias. “Guru yang harusnya bisa membentuk karakter murid malah memperparah muridnya sendiri,” kataku lebih pada diriku sendiri yang ingin menjadi seorang guru. “Tapi, udah dibilangin kayak gitu aku nggak akan berhenti nyontek. Nanti nilaiku turun lagi. Nanti orangtuaku kecewa,” sela Angel dengan wajah innocent. “Tuh kan! Lebih mentingin duniawi! Orangtuamu bakal lebih kecewa kalau itu nilai yang kamu dapat hasil ngepek, nyontek!” seru Erin kesal. “Emang kamu nggak mikir, orangtuamu bakal bangga gitu kalau kamu nunjukin nilai-nilai jelek terus kamu bilang Aku ini jujur loh…’ Hah.. orangtuamu nggak bakal bangga sama tuh nilai! orangtua tuh cuma peduli hasil akhirnya! Nggak peduli prosesnya kayak gimana!” “Ya iya.. Karena itu aku belajar.. Buat nggak nambahin dosa-dosaku.” “Itu riya’ tahu nggak?! Pamer! Sok alim!” “Hei!” seruku dan Vita menghentikan perdebatan dua insan ini. “Angel, Erin, udah. Susah nyatuin pendirian yang sama-sama kuat!” seruku menengahi mereka. Angel menghela napas kesal, “Fe, kalau kamu jadi guru, ngajarin yang bener sampai muridmu bener-bener paham! Jangan sampe mereka nyontek ataupun ngepek!” seru Angel, “Aku nggak mau keturunanku lebih buruk dari aku.” “Fe, bilangin juga sama murid-muridmu nanti, kalu ulangan sejarah sama Pkn jangan ngepek! Otak manusia tuh hebat! Dipergunain tuh buat menghafal! Manusia tuh bisa menghafal satu buku sekaligus! Cuma, manusianya aja yang males!” seru Erin tak mau kalah. “Fe! kalau jadi guru jangan yang galak ya! Hehe…” kata Vita dengan senyum merekah. “Hm! Pasti! Aku bakal jadi guru yang baik agar bangsa Indonesia bisa berubah,” aku mengangguk mantap. Tunas-tunas muda bangsa Indonesia, aku akan menunjukkanmu jalan yang benar agar Indonesia tak terpuruk lagi seperti ini.. — Dear Diary, Tadi ada sebuah kejadian besar di hidupku. Entah kenapa aku mendapat alasan kenapa dulu aku ingin menjadi seorang guru. Hm.. Aku ingat, Dear secara tiba-tiba. Berangkat, ngajar, pulang, yang Vita bilang monoton sebenarnya itu adalah hal yang simple, nggak ribet. Jadi aku punya banyak waktu luang buat keluarga atau ngelakuin hal-hal bermanfaat lainnya. Gaji dikit yang Angel bilang, itu adalah sebuah kesederhanaan yang aku impikan sejak kecil agar tak menjadi manusia tamak yang melupakan Tuhan. Aku juga ingin mengamalkan ilmu yang telah ku terima, membagi pengalamanku, dan mengajari murid-muridku tentang Islam. Lewat profesi guru, aku bisa berdakwah. Pelan-pelan, ku ubah anak Indonesia ke jalan yang lebih baik. Seperti yang Erin bilang. Sekolah itu bukan untuk menambah dosa tetapi menuntut ilmu agar mendapat pahala dan bisa mengamalkannya. Aku juga ingin membangun karakter bangsa Indonesia. Kejujuran. Itulah kunci utama. Aku harus menciptakan cara supaya murid-muridku menjadi manusia yang jujur. Tidak urakan lalu mencari bocoran ke mana-mana. Jujur dan percaya akan diri sendiri namun tidak melupakan Allah SWT. Seperti yang Vita bilang, tiga perkara yang kita tinggalkan saat meninggal dunia yaitu ilmu yang bermanfaat. Aku yakin ilmuku pasti mengalir, diamalkan, dan akan memberikan pahala di setiap alirannya. Aku juga tidak mau menjadi guru seperti Bu Narti yang disepelekan oleh murid-muridnya. Aku ingin membuat murid-muridku benar-benar paham apa yang aku sampaikan. Membuat mereka paham, percaya diri untuk bertanya, tertawa oleh lelucon-leluconku, tidak tengok kanan-kiri-bawah saat ulangan, mendapat hasil sesuai usaha dan doa. Memang sih kalau anak Indonesia bisa menjadi seperti itu mungkin Indonesia bisa menjadi negara maju. Tetapi aku tahu, semua itu butuh usaha dan doa. Karena itu, aku akan menyusun strategi mulai sekarang, belajar dengan giat, selalu berdoa agar diberi kemudahan, and do the best for all. Belajar jadi Ibu yang baik dari mengajar, meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang kian terpuruk, memberi motivasi untuk membangun karakter bangsa ke arah yang lebih baik, jadikan bangsa Indonesia bangsa yang jujur! Dear, sepertiga hari yang dihabiskan anak-anak adalah di sekolah. Jadi intinya sekolah itu untuk membangun karakter mereka selain ajaran orangtua. Jadi guru yang baik untuk anak-anak bangsa! Fe bisa! Fe fight! Fight! Fight! Fight! Jangan cabangkan cita-citamu lagi! Jangan jadi bocah ababil! Dewasalah! Bentar lagi mau kuliah! Nggak boleh kayak anak kecil! Yosh! Fight! Be the best teacher for Indonesian! Yahu! Guru, itulah cita-citaku! Fe. — “Udah nemuin alasan jadi guru?” goda Kak Ruri. “Udah dong!” seruku antusias. “Aaapa?” tanyanya penasaran. “Rahasia… Mau tahu? Kalau alasan Kak Ruri jadi fotografer apa?” Kak Ruri terkekeh, “Mau tahu aja, apa mau tahu banget? Yang pasti itu rahasia!” “Gitu kan! Pelit!” “Ye! Biarin! Kalau alasan cita-citamu jadi banyak kayak gitu apa, Fe?” “Hm… Aku ababil…” jawabku malu-malu kucing. “Namanya juga ABG.. Tahap-tahap keababilan biasalah! Yang penting kamu jangan sampai salah pilih jalan.” “Siiiap! Aku nggak akan salah pilih lagi, Kakak!” kita berdua tertawa bersama. Udah tahu kan asyiknya jadi seorang guru? It’s so fun and amazing career! Dan.. Guru adalah pahlawan. Pahlawan tanpa tanda jasa. SELESAI Cerpen Karangan Hiakri Inka Facebook Cerpen Aku Dan Cita Cita Ku merupakan cerita pendek karangan Hiakri Inka, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Love 1 Month Part 2 Oleh Wigi Tya Pernah suatu ketika saat aku makan bareng bersama Lia dan Nikma di kantin sekolah. Nikma menanyakan satu hal yang sering dia tanyakan padaku, dan bahkan dia juga menanyakannya pada Bukan Patah Hati Oleh Fadel Akbar, SMPN 1 Puri Ini Sebuah kisahku ketika duduk di bangku kelas 8 SMP, Masih berumur 14 tahun kira kira 4 bulan yang lalu. Salah satu organisasi Di SMPN 1 Puri adalah Dewan Serunya Berkemah Oleh Ghina Syakila Sore itu, sangat panas. “Vio, masang pasaknya tuh begini,” ucap Kayla memperagakan memasang pasak tenda. Siang ini hingga besok sore, mereka akan berada di bumi perkemahan SMPN Jati Nusa Aku Bukan Diriku Lagi Part 1 Oleh Elisma Br. Hutabarat Seorang gadis dengan angkuhnya berjalan di tengah koridor sekolah yang bertaraf internasional. Semua mata menatap ke arahnya. Ada yang memujinya karena kecantikan wajahnya dan tatapannya yang sangat tajam. Dan Alasan Sederhana Oleh Edwin Bayu Aji Jr Semua berawal ketika aku diajak untuk menghadiri salah satu acara ulang tahun teman sekalasku, Ika. Aku merasa terkejut ketika Ika mengundangku ke acara ulang tahunnya, bagaimana tidak? Aku dan “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?†"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Layananklasikal materi tentang cita-cita dan karir. Dimana peserta didik dapat memahami tentang: 1. Pengertian cita-cita karir 2. Jenis cita-cita untuk karir masa depan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi cita-cita 4. Pentingnya memiliki cita-cita 5. Cara menggapai cita-cita Model pelayanan yang digunakan Small Group Discussion/ Ceramah, Tanya Jawab,
Cerpen Karangan Nisrina KamiliyaKategori Cerpen Anak Lolos moderasi pada 26 March 2016 Valeria Bella Permata atau biasa dipanggil Bella adalah siswa kelas 5 SD yang sangat pintar, dia selalu rangking 1 di kelasnya. Namun, di balik itu ia tidak punya cita-cita. Hingga ia memutuskan untuk tidak punya cita-cita selamanya. Sementara Mami Bella, Bianca merupakan guru SMA. Papi Bella, Billy merupakan pengusaha. Suatu hari Mami Bella mendapat undangan reuni dari mantan muridnya. Reuni diadakan 2 hari lagi di Hotel Mulia. Awalnya Mami ingin mengajak Papi untuk mendampinginya saat reuni nanti, namun di kantor Papi ada acara meeting di hari yang sama dengan hari reuni. Akhirnya Mami mengajak Bella. “Bella, Mami minta 2 hari lagi kamu ikut Mami ke Hotel Mulia,” Pinta Mami. “Hotel Mulia, Mi? Ngapain?” Tanya Bella. “Ada acara Reuni. Pokoknya Mami mau kamu ikut ya, sayang.” kata Mami. Dengan terpaksa, Bella pun mengangguk. 2 hari kemudian. “Bella, ayo cepetan! Gimana nanti kalau kita telat?” Teriak Mami dari luar kepada Bella yang masih di dalam rumah. “Sebentar, Mi. Masih pake sepatu, nih,” balas Bella yang berteriak juga. Bella pun segera ke luar. Mami dan Bella langsung pergi dengan mobil diantar sopirnya menuju Hotel Mulia, tempat di mana acara reuni diadakan. Sesampainya di Hotel Mulia. “Bella, sebentar lagi kamu pasti bakal ketemu sama mantan murid-murid Mami.” jelas Mami. Setelah itu mereka berdua masuk ke hotel, betapa terkejutnya Bella melihat kalau mantan murid Mami kebanyakan artis-artis TV. “Bu Bianca, masih cantik aja! Apa kabar, Bu?” Ucap beberapa mantan murid Mami kepada Mami sambil mengerumuninya. “Wah, ini anaknya Bu Bianca yang dulu masih bayi ya?” Tanya seseorang. “Iya, namanya Bella.” jawab Mami. Bella terkejut, ternyata orang itu adalah artis TV yang sangat terkenal, saking terkejutnya, Bella sampai lupa siapa namanya. “Loh, kakak murid Mami?” tanya Bella. “Iya sayang,” jawab artis itu. “Dulu, Mami kamu kalau ngajar sabar banget, enggak pernah bosan dengerin keluhan kakak. Apa pun yang kakak tanya, pasti dijawab,” cerita artis itu. “Wah, ternyata guru sangat berjasa. Mereka bisa didik muridnya sampai berhasil, bahkan sampai bisa jadi artis,” batin Bella. Setelah itu, semua guru dan murid bersalam-salaman. Kemudian Mami dipanggil untuk ke atas panggung, ternyata Mami mendapat hadiah ke Australia sebagai guru terbaik. Betapa terharunya Bella dan Mami. Sesampainya di rumah, Bella menceritakannya pada Papi yang baru pulang, Papi juga terharu. Keesokan harinya. Hari ini adalah hari minggu. Jadi Bella santai di tepi kolam renang belakang rumah sambil memikirkan kejadian kemarin. Ia tidak menyangka kalau jasa guru sebesar itu. “Ternyata guru itu istimewa, aku ingin dewasa nanti bisa jadi guru, kayak Mami.” gumam Bella. Kemudian Bella masuk ke kamar sambil menulis di Diarynya. “Sekarang Guru Cita-Citaku.” Cerpen Karangan Nisrina Kamiliya Facebook Nisrina Kamiliya Cerpen Sekarang Guru Cita Cita Ku merupakan cerita pendek karangan Nisrina Kamiliya, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Gajah Yang Jujur Oleh Natasha Claudia Di negeri gajah, hiduplah sepasang gajah. Gajah itu bernama Arine dan Ronald. Dari hubungan Arine dan Ronald, lahirlah dua ekor gajah. Gajah itu bernama si Elie. Elie mempunyai seorang Selalu Kompak! Oleh Salsa Nurul Aisyah Aku dan kak sony saudara kembarku selalu kompak! itulah yang selalu orang lain katakan padaku dan kak sony, sehingga pernah terjadi kekompakan yang paling berkesan buat kita berdua. Gini Maaf Oleh Sovia Fatikah Craftista Pada satu hari di SMP NEGERI 1 SEMARANG ada seorang murid yang bernama Reina. Reina sekarang ini duduk di bangku kelas 8, Reina adalah salah satu murid yang berprestasi Kuis Pak Guru Oleh Nafy N. Sudah menjadi kebiasaan Pak Rachmat untuk memberikan kuis pada murid-muridnya di setiap pelajarannya. Mereka amat senang bermain kuis. Terutama Erin, sang juara kelas. “Siapakah Presiden Republik Indonesia yang ke-3?” Jagalah Pola Makan Sehatmu Part 1 Oleh Atha Shinta Putri Wijaya Di pagi hari yang cerah Kukuruyuk… Kukuruyuk…, suara ayam berkokok sudah mulai terdengar. Saatnya kenanga bangun pagi, sinar surya yang berwarna keemasan telah kembali menyinari bumi, udara terasa sejuk “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Citacita ku. Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash. Aku punya harapan besar aku ingin menjadi seorang guru,aku akan aku akan terus belajar aku ingin cita cita ku tercapai menjadi guru yang mendidik. Dan mengajar para siswa, Aku akan terus semangat belajar mengapai cita citaku dan belajar dengan giat sepanjang waktu.Ketiganyajuga harus didampingi dengan doa, restu, usaha, bakat, kemampuan dan keyakinan terhadap diri sendiri. Melalui puisi bertema harapan, seseorang diharapkan tidak kehilangan arah dan semangat hidup. dekha santany shin hye lovers idup adalah Gairah" saya Meski entah yang berada diujung waktu aku tidak boleh duduk termanggu waktu sekarang